Reuse Our Paper


Bumi punya cukup persediaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tapi tidak cukup untuk memenuhi keserakahan kita

(Mahatma Gandhi)

Tahukah Anda berapa banyak pohon yang ditebang untuk menghasilkan satu lembar kertas HVS? Berapa banyak pohon di tebang setiap hari di bumi pertiwi ini? Berapa banyak kertas HVS yang putih bersih itu kita buang begitu saja? Jawabannya “banyak” kawan!

Setiap hari, 10 pohon di Indonesia di tebang tanpa alasan yang jelas, ratusan pohon ditebang untuk menghasilkan ber-rim-rim kertas. Padahal, dari zaman kita SD ampe sekarang kita udah tua, kita tahu kalo pohon itu bagaikan alveoli kehidupan dunia, nafas bagi banyak paru-paru dunia.

Teringat pas zaman SD, sering banget di kasih tahu, atau bikin cerita tentang, sejuknya duduk di bawah pohon rindang. Kalo kepanasan, kita ngadem aja di bawah pohon. Nah, kalo pohonnya udah pada di tebang nih, mu ngadem di mana lagi? Kolong jembatan layang? Mending kalo saluran drainasenya bagus, kagak bocor-bocor ke bawah jembatan, mending juga kalo jembatannya kagak pernah di pake, kagak ada polusi-polusi yang malah bikin sakit paru-paru kita.

Pokonya betapa berartinya pohon bagi kita, ya nggak? Aku pernah di ceritain sama dosen PLP (bukan pakaian layak pakai, tapi pengolahan limbah padat, hehe), di Jepang nih, kagak ada yang pake kertas seputih sebersih kertas HVS yang ada di Indonesia. Orang-orang yang pake itu, cuma orang-orang yang berduit dan nggak berpendidikan. (wooww, menarik kan? nggak berpendidikan teman?) Bagaimana dengan yang di Indonesia? justru yang pakai kertas yang bersih dan putih kinclong itu adalah orang-orang berduit dan BERPENDIDIKAN kayak kita-kita.. Betul, betul, betul?

Kalo masalah orang-orang berduit itu sih jelas. Tapi, kenapa mereka berpikir orang yang nggak berpendidikan yang ngegunain kertas itu? Soalnya orang-orang yang “berpendidikan” pasti akan menyayangi lingkungan mereka dan mereka tidak akan menebang banyak pohon  hanya untuk kertas yang sangat putih. Amboi, Subhanallah bukan. How about Indonesia?

Di sana nih, pake kertasnya yang agak broken white gitu. Soalnya bagi mereka, semakin putih kertas berarti semakin banyak pohon yang harus ditebang. I will ask you again, How’s Indonesia?

Kagak perlu saya jawab kan, Anda udah tahu sendiri lah di Indonesia kayak apa. Makanya nih di TL ITB, kalo bikin laporan harus di kertas re-use, atau kalo ngegunain kertas baru harus dipake bolak-balik. Diusahain nggak boleh ngegunain kertas yang sehalaman doang di pakenya, kecuali kayak laporan formal macam TA atau laporan Kerja Praktek yang mesti dijilid-jilid.

Kamu punya banyak kertas? Let’s make over them !
Kumpulin kertas yang salah satunya masih kosong.. lalu sulap jadi notebook mungil atau besar… Lumayan kan? daripada harus beli notes yang baru? Bikinnya juga jadi lebih murah. Kamu bisa pake clip yang gede buat ngejepitnya.. yang penting berguna, daripada harus pergi ke tukang jilid, mahal pula.. mending ngejilid sendiri. Kamu bisa beli pembolong kertas, nah buat ring-nya lebih enak beli sendiri per meter.. jatuhnya lebih murah lhoo. atau kamu bisa pake ring dari notes2 yang udah nggak kepake, trus buang aja kertas-kertas yang nggak pentingnya.. sulap deh jadi notes baru…

Selain bisa menghemat uang, bisa menghemat pohon juga lho… Buat kertas-kertas yang udah nggak kepake, jual aja ke tukang loak. Don’t burn it, ok? Kalo dijual ke tukang loak, kertas-kertas itu bakalan didaur ulang dan dijadikan kertas daur ulang.

Anda harus tahu bahwa kertas daur ulang itu ramah lingkungan. Alasannya karena kebutuhan bahan bakar yang digunakan. Energi yang dibutuhkan dalam mengolah kertas ini 70% lebih sedikit dibanding kita mengolah dari pohon…

So, let’s reuse our paper, friends… ^^v

Overview Teknik Lingkungan


Bidang studi teknik Lingkungan mengkaji berbagai aspek yang terdiri dari limbah, air, sampah, kesehatan dan epidemiologi lingkungan, AMDAL, dan udara. Namun aspek tersebut dijabarkan dalam bidang-bidang yang lebih spesifik. Bidang studi teknik lingkungan memiliki tujuan untuk mengupayakan kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia dengan eksploitasi dan eksplorasi alam dapat diminimalisir bahkan dapat dihilangkan.

  • Sumber Daya Air

Bidang studi teknik lingkungn mengkaji mengenai pengelolaan sumber daya air meliputi pengelolaan alami dan pengelolaan bangunannya. Konsep dasar dari sumber daya air yang diberikan dalam mata kuliah teknik lingkungan meliputi mekanika fluida, drainase, hidrologi, instalasi pengolahan air minum, perancangan bangungan air, teknik irigasi dan sub bidang lainnya yang berhubungan dengan air.

Semua sub bidang keahlian tersebut merupakan dasar pengetahuan bagi seorang teknisi lingkungan. Mahasiswa teknik lingkungan dibekali bagaimana mengelola drainase dan siklus hidrologi berjalan secara alamiah. Tentunya hal ini tidak terlepas dari aktivitas manusia yang berhubungan dengan air. Ketika suatu jalur siklus hidrologi tidak berjalan semestinya, hal tersebut dipengaruhi oleh pencemaran terhadap komponen-komponen yang berhubungan langsung dengan siklus seperti air permukaan. Dewasa ini banyak air permukaan yang telah tercemar oleh limbah baik domestik maupun industri. Selain itu kuantitasnya pun mulai berkurang sehingga air yang menguap yang kemudian kembali jatuh ke permukaan bumi semakin berkurang.

Idealnya air merupakan sumber daya yang tetap dari segi kuantitas namun kualitasnya terkadang berubah-ubah sesuai dengan kondisi perairan. Teknik lingkungan dalam hal ini berperan dalam menjaga ketersediaan air untuk kebutuhan manusia yang semakin banyak jumlahnya. Seorang ahli teknik lingkungan harus mampu merancang pengolahan air kotor menjadi air yang bersih untuk sekadar membersihkan diri dan aktivitas sehari-hari manusia. Pengelolaannya pun harus mengikuti kaidah kesehatan lingkungan air sehingga air yang diproduksi tidak merugikan konsumen.

Kini banyak ahli-ahli yang berkecimpung dibidang lingkungan ataupun bukan mulai mencari berbagai alternatif pengelolaan lingkungan yang ramah lingkungan. Hampir semua aktivitas manusia harus berlandaskan ekoteknologi. Hal ini disebabkan agar pencemaran yang terjadi di lingkungan tidak sampai ambang batas yang dapat menurunkan daya guna lingkungan dan kemampuan lingkungan untuk membersihkan diri (self purification).

Bidang studi lingkungan berperan pula dalam merekayasa dan merancang bangunan guna memfasilitasi teknologi dalam pengelolaan alam yang ramah lingkungan. Seperti halnya bangunan irigasi, kolam olakan, dan kolam stabilisasi limbah.

Dalam pandangan Islam, sumber daya alam (SDA) pada hakikatnya milik absolut Allah SWT yang diamanatkan pengelolaan, pemanfaatan dan pelestariannya kepada manusia.
SDA yang termasuk milik umum seperti air, api, padang rumput, hutan dan barang tambang harus dikelola hanya oleh negara yang hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum.

Dalam pengelolaan, eksplorasi dan eksploitasi SDA harus memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan serta keberlanjutan pembangunan. Pengelolaan SDA, baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui, harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat, untuk mencapai efisiensi secara ekonomis dan ekologis (ekoefisiensi) dengan menerapkan teknologi dan cara yang ramah lingkungan. Penegakan hukum merupakan suatu keniscayaan dalam pengelolaan SDA untuk menghindari perusakan SDA dan pencemaran lingkungan. Perlu senantiasa dilakukan rehabilitasi kawasan rusak dan pemeliharaan kawasan konservasi yang sudah ada, penetapan kawasan konservasi baru di wilayah tertentu serta peningkatan pengamanan terhadap perusakan SDA secara partisipatif melalui kemitraan masyarakat.

Pengelolaan SDA tersebut tidak terlepas dari seorang teknisi lingkungan yang merancang bagaimana suatu eksploitasi alam dapat menyeimbangkan kelestariannya, atau memantau kinerja suatu perusahaan yang mengeksplorasi sumber daya alam apakah mencemari lingkungan ataukah penggunaan senyawa yang dapat mencemari lingkungan telah melewati ambang batas normal di alam.

  • Limbah dan Sampah

Sub bidang keahlian teknik lingkungan dalam limbah adalah limbah padat, limbah cair, bahan berbahaya dan beracun, sampah yang dapat membusuk dan tidak membusuk. Limbah atau sampah merupakan salah satu hasil sisa (buangan) dari aktivitas makhluk hidup terutama manusia. Kehadirannya tidak dapat dipisahkan dari segala macam aktivitas manusia baik yang berhubungan langsung dengan alam maupun tidak.

Kasus limbah dan sampah merupakan sesuatu yang menjadi pusat perhatian ahli teknik lingkungan. Adanya limbah dan sampah ini tentunya mengganggu kehidupan manusia baik dari segi kesehatan maupun estetika. Limbah yang diproduksi biasanya berasal dari domestik dan industri. Banyak masyarakat yang membuang limbah ini begitu saja ke perairan maupun tanah. Tentunya hal ini menyebabkan diperlukannya nilai ambang batas pencemar di lingkungan alam. Pencemar ini dapat mengganggu sistem ekologi di alam. Contohnya pada sistem tanah, adanya pencemar akan menurunkan nilai produktivitas tanah untuk memberikan nutrien terhadap tumbuhan sehingga banyak kasus terjadi pada sayuran yang mengandung logam berat. Tanah memiliki kemampuan self purification akan tetapi jika konsentrasi atau jumlah kontaminan pada tanah melebihi kemampuan tanah untuk mendegradasinya akan berakibat buruk pada menurunnya kualitas tanah. Begitu pula yang akan terjadi jika limbah atau sampah dibuang ke perairan menyebabkan keseimbangan ekosistem perairan terganggu.

Dalam hal ini ahli teknik lingkungan mengkaji bagaimana cara mengelola limbah baik cair maupun padat agar memberikan nilai guna selain sebagai zat pencemar lingkungan. Teknisi lingkungan dididik agar mampu mengubah bahan buangan menjadi benda yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Contohnya adalah buangan sampah yang dapat membusuk dapat dijadikan kompos atau bisa dijadikan sebagai biogas. Sampah-sampah plastik atau kaleng dapat diubah menjadi benda ekonomis dan bernilai. Selain itu, ahli teknik lingkungan harus mampu membangun sistem pembuangan limbah yang tidak mencemari lingkungan seperti septic tank pada perumahan penduduk.

  • Kesehatan Lingkungan

Kesehatan merupakan salah satu impian masyarakat. Dalam pepatah dikatakan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Ahli teknik lingkungan dalam hal ini bertugas sama halnya dengan dokter. Perbedaannya adalah dokter langsung memberikan pengobatan kuratif pada pasien sedangkan ahli teknik lingkungan memberikan upaya pencegahan yang dapat dilakukan pasien ketika menghadapi sebuah penyakit.

Kesehatan lingkungan ini mengkaji beberapa aspek seperti kesehatan air, tanah, udara, dan sosiosfer. Kesehatan lingkungan akan tercipta bila masyarakat mampu memposisikan kebersihan lingkungannya sebagai bagian dari hidupnya. Sebagaimana dalam sebuah hadis disebutkan bahwa “kebersihan adalah sebagian dari iman “ . Kesehatan ini meliputi kesehatan individu, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Banyak kasus epidemi terjadi pada temapt-tempat yang memiliki tingkat sanitasi lingkungannya rendah.

Selain itu sarjana teknik lingkungan mampu memprediksikan berbagai wabah penyakit pada suatu daerah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Hal ini dipelajari dalam epidemiologi lingkungan. Teknisi lingkungan harus mampu menghitung jumlah virulensi, spesifitas dari suatu jenis penyakit di suatu daerah. Dari data tersebut dapat diketahui nilai kesehatan masayarakat suatu daerah.

Teknik lingkungan pun mempelajari sub bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Hal ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan seorang pekerja pada suatu perusahaan yang lebih tinggi taraf pencemarnya seperti pabrik atau kilang minyak. Kasus yang terjadi di beberapa negara memperlihatkan adanya kondisi keselamatan kerja dan kesehatan yang kurang diperhatikan sehingga banyak pekerjanya yang sakit selama bekerja disana. Contoh paling real di dunia adalah saat dibangunnya Hoover Dam di Amerika. Tercatat 107 jiwa meninggal selama pembangunan bendungan tersebut. Kontraktor dan perancang bendungan tersebut tidak mempedulikan hak hidup dan hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan. Dari contoh tersebut terlihat bahwa perlu orang yang berperan dalam menyejahterakan pekerja agar kesehatannya tetap terjaga ditinjau dari segi kesehatan lingkungannya.

  • Pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan salah satu mata kuliah teknik lingkungan. Seorang ahli teknik lingkungan harus mampu mengukur seberapa tinggi pencemaran udara yang terjadi di suatu daerah. Biasanya pencemaran ini disebabkan oleh debu industri yang meliputi partikulat, debu logam berat, debu hasil pembakaran batu bara, debu hasil pembakaran kendaraan bermotor dan lain-lain. Hal tersebut tentunya menyebabkan penyakit pada manusia seperti penyakit ISPA atau penyakit pernafasan lainnnya. Udara merupakan benda umum yang dimiliki oleh semua ummat manusia sehingga kebersihannya pun harus dijaga bersama.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghindari pencemaran lingkungan. Seperti debu yang berasal dari industri bisa diolah terdahulu sebelum akhirnya dibuang ke atmosfer secara bebas dengan menggunakan filter partikulat pada cerobong. Akan tetapi, hal yang paling signifikan untuk mengurangi pencemaran udara adalah tidak menggunakan bahan-bahan yang berbahaya dan tidak dapat didegradasi secara alamiah. Manusia dapat berjalan kaki atau berkuda untuk bepergian ke mana-mana dibanding dengan menggunakan kendaraan bermotor yang menimbulkan pencemaran udara. Pada salah satu hadis berkuda merupakan kemampuan yang harus dimiliki manusia disamping memanah dan berenang.

Pengukuran mengenai jenis pencemar, kuantitas pencemar, dan kualitas udara setelah dicemari merupakan dasar dari mata kuliah pencemaran udara. Dengan menggunakan berbagai alat untuk mendeteksi distribusi kecepatan maupun debit pencemar di udara. Setiap jenis pencemar memiliki nilai ambang yang masih bisa ditoleransi oleh alam. Namun, sekarang ini nilai yang ada di udara telah melampaui batas kemampuan alam untuk mendegradasinya secara alamiah. Oleh karena itu, teknik lingkungan memasukkan sub bidang pencemaran udara ke dalam kurikulum perkuliahan.

  • AMDAL

Analisis mengenai dampak lingkungan sudah merupakan program wajib bagi semua engineer dalam mengaplikasikan keilmuannya. AMDAL merupakan mata kuliah wajib teknik lingkungan begitu pula di kuliah jurusan lain yang berhubungan langsung dengan alam. Pentingnya AMDAL bagi seorang engineer lingkungan sebagai pedoman dalam mengaplikasikan keilmuan teknik lingkungan di lapangan.

Berdasarkan dengan PP No 27 tahun 1999, AMDAL merupakan kajian  mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan.

Dokumen AMDAL terdiri dari beberapa bagian :

  • Dokumen kerangka acuan analisis dampak lingkungan (KA-Andal)
  • Dokumen analisis dampak Lingkungan
  • Dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL)
  • Dokumen rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL)

Dalam AMDAL termuat berbagai peraturan lingkungan jika manusia melakukan berbagai aktivitas dalam menggunakan lingkungan alam. Saat manusia atau sebuah perusahaan ingin mendirikan sebuha bangunan, pabrik, hotel dan temapt aktivitas manusia lainnya disuatu wilayah harus ditinjau dampak pemabngunannya terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pentingnya AMDAL sangat berperan dalam pengelolaan lingkungan terutama bagi konsultan teknik lingkungan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan lingkungan.

Sampah


Sampah1Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti menimbulkan buangan atau sampah.  Jumlah dan jenis sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang atau material yang digunakan manusia sehari-hari. Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994), “Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”. Soewedo   (1983) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis. “Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.” (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).            “Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula”. (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982)

Klasifikasi sampah secara umum dibagi menjadi tiga jenis yaitu sampah organik,anorganik, dan bahan berbahaya dan beracun.

  • Sampah organik (sampah basah), yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk atau hancur) secara alami. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos atau energi alternatif berupa biogas yang melalui serangkaian proses pengolahan.
  • Sampah anorganik (sampah kering), yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, dan sebagainya. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami oleh alam. Walaupun demikian, sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya sehingga apabila diolah lebih lanjut dapat menghasilkan keuntungan. Selain dijual sampah anorganik dapat diolah menjadi barang hiasan rumah tangga, peralatan rumah tangga, dan bahan dalam pembuatan karya seni rupa.  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual dan diolah menjadi produk baru adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
  • Sampah Bahan Berbahaya Beracun (B3). B3 adalah “….sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain” (U.U. R.I. No. 23/1997 Pasal 1 Ayat 18). Jumlah limbah B3 yang melampaui batasan yang ditetapkan dapat bersifat reaktif ( mudah meledak, mudah tersambar api) , korosif,  dan mengandung zat-zat beracun seperti karsinogenik yaitu agensia (misalnya senyawa kimia, radiasi, virus) yang menyebabkan atau merangsang pertumbuhan tumor berbahaya (kanker) karena perbanyakan sel yang tidak terkendali, mutagenik yaitu agensia yang mengakibatkan mutasi atau perubahan dalam struktur molekul DNA, atau teratogenik yaitu agensia yang mengakibatkan kelainan atau cacat tubuh pada embrio makhluk hidup saat pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan. Sampah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan, sampah sisa industri, dan sampah dalam pengolahan bahan kimia adalah sampah yang termasuk B3. B3 berbeda dengan sampah-sampah lainnya yang dalam pengolahannya B3 memerlukan metode khusus agar tidak membahayakan lingkungan sekitar. Sampah ini dapat berupa padat, cair, maupun gas.

Beberapa alternatif pengelolaan sampah yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut :

  1. Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara dalam mengurangi produk sampingan yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis.
  2. 4R (recycle, reduce, reuse, and replace). Recycle merupakan salah satu alternatif dalam mengolah limbah secara fisik atau kimiawi untuk menghasilkan produk yang sama atau produk yang lain sehingga barang-barang yang sudah tidak berguna lagi bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Reduce merupakan bentuk pengolahan sampah dengan cara melakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan sehari-hari. Reuse adalah memproses limbah untuk memperoleh kembali salah satu atau lebih materi atau komponen yang terkandung di dalamnya. Replace adalah menggunakan barang-barang yang tahan lama. Menghindari penggunaan barang-barang yang bersifat disposable (sekali pakai).
  3. Proses pengomposan (composting) adalah proses dekomposisi atau penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap buangan organik yang biodegradable. Pengomposan dapat dipercepat dengan mengatur faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada dalam kondisi yang optimum untuk proses pengomposan. Beberapa manfaat kompos dalam memperbaiki sifat tanah adalah memperkaya bahan makanan untuk tanaman, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki struktur tanah berlempung, mempertinggi kemampuan menyimpan air, memperbaiki drinase dan porositas tanah, menjaga suhu tanah agar stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, dan dapat meningkatkan pengaruh dari pupuk buatan. Secara umum, tujuan pengomposan adalah:
  • Mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang secara    biologi bersifat stabil dengan mengurangi volume dan massanya.
  • Bila proses pembuatannya secara aerob, maka proses ini akan membunuh  bakteri patogen, telur serangga, dan mikroorganisme lain yang tidak tahan pada temperatur di atas temperatur normal.
  • Memanfaatkan nutrien dalam buangan secara maksimal seperti nitrogen, posfor, dan potassium.
  • Menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah.

Replace adalah menggunakan barang-barang yang tahan lama. Menghindari penggunaan barang-barang yang bersifat disposable (sekali pakai).

Home Composting


Komposting proses merupakan pengubahan sampah, daun, sampah dapur, dan sampah kebun, menjadi bernilai ketika digunakan untuk kebutuhan kebun (pertanian). Penambahan kompos akan menyebabkan tanaman tumbuh lebih sehat.Komposting bisa juga membantu menyelesaikan permasalahan limbah padat, seperti makanan dan sampah pekarangan (daun) yang terdiri dari 30% lebih sampah padat.

5 Aspek Dasar dari home composting

  • Organisme yang terlibat

Dekomposisi adalah bagian alamiah dari siklus nutrien dari organisme hidup. Kompsoting merupakan salah satu cara untuk mempercepat proses penguraian melalui proses mikrobiologi. Banyak organisme yang dikembangkan untuk membusukkan atau menguraikan materi sebagai sumber makanan mereka. Makhluk bersel tunggal dan mikroskopis dapat ditemukan hampir diseluruh lingkungan kita. Walaupun mereka sangat kecil untuk dilihat, mereka bertanggungjawab pada semua penguraian. Fungi dan molds juga organisme yang penting, White rot fungi dapat beradaptasi dengan baik untuk menguraikan material kayu seperti chipped brush. Earthworm mungkin adalah dekomposer paling populer. Campuran tanah dan materi organik pada pencernaan cacing  dapat memproduksi agregat tanah yang kaya dengan nutrien untuk memperbaiki sturktur tanah. Semua dekomposer berikatan secara bersama dalam feeding web yang kompleks. Mereka mengembalikkan limbah organik menjadi humus untuk kesuburan tanah.

  • Manajemen komponen dalam proses komposting

Proses alami dari penguraian akan terjadi tanpa bantuan dari manusia, akan tetapi beberapa faktor dapat dikendalikan untuk mempercepat proses pengomposan. Organisme menggunakan karbon sebagai sumber energi dan nitrogen untuk pertumbuhan dan reproduksi. Tanpa nitrogen yang cukup, akan  menyebabkan sedikit mikroorganisme dan dekomposisi terjadi sangat lama. Jika terlalu banyak nitrogen dalam kompos, akan menyebabkan beberapa kembali menjadi amonia yang berbau busuk. Perbandingan optimum antara C:N berkisar antari 30 :1. Perbandingan ini akan membuat kompos menjadi cepat panas. Rumput, pupuk kandang, dan tumbuhan hijau segar memiliki nitrogen yang tinggi. Dedaunan,semak belukar, sawdust, dan kepingan kayu merupakan sumber karbon. Pencampuran sumber karbon dan material nitrogen dapat menyediakan perbandingan C:N yang cukup baik. Luas permukaan merupakan faktor kunci lain untuk dipertimbangkan. Selama proses mikrobiologi dalam dekomposisi, terjadi pada film tipis di atas permukaan partikel. Partikel yang besar memiliki luas permukaan kecil dibandingkan dengan potongan partikel yang sama menjadi kepingan yang lebih kecil. Oleh karena itu, jika partikel terlalu besar, proses yang terjadi akan sangat lama. Satu inchi kepingan kayu akan diuraikan lebih lama daripada butiran kecil dari kepingan kayu kering (sawdust). Cara paling mudah untuk mencabik daun jatuh adalah memotongnya sebelum menguburnya untuk dikompos.Organisme pengurai membutuhkan air juga. Proses dekomposisi akan berjalan lambat jika air terlalu banyak atau terlalu sedikit. Kandungan kelembaban optimum untuk kompos sekitar 40-60 %,cukup lembab hingga terasa basah ditangan ketika disentuh. Tapi cukup kering jika diperas menghasilkan tidak lebih dari satu atau dua tetes air.Banyak mikroorganisme yang aktif dalam pengomposan membutuhkan oksigen untuk hidup. Aktivitas aerob membentuk karbon dioksida dan panas sebagai produk. Jika terlalu sedikit  oksigen yang terdapat dalam kompos, proses yang terjadi adalah anaerob. Kondisi ini menghasilkan bau tidak sedap. Produk dekomposisi anaerob menghasilkan gas metan dan hidrogen sulfida. H2S berbau seperti telur busuk.Temperatur ideal untuk pengomposan yaitu antara 90 dan 150 derajat Fahreinheit. Temperatur yang tinggi dapat membunuh bibit rumput liar dan penyakit organisme, tapi temperatur diatas 150 derajat fahrenheit akan membunuh dekomposer dan melambatkan proses penguraian yang terjadi.Gundukan kompos berukuran minimum 1 kubik yard. Gundukan kecil mungkin tidak memiliki cukup masa untuk menahan panas dari penguraian.Bakteri bereproduksi dengan cepat dan secara alami berada di udara dan tanah, jadi biasanya tidak perlu ditambahkan dalam tumpukan kompos. Dari sekian banyak inokulan atau starter  kompos tersedia, yang paling baik adalah yang menghasilkan kompos paling baik.

  • Tipe material yang dapat dikomposkan

Hampir semua materi organik dapat dijadikan kompos, tapi beberapa sulit untuk digunakan dalam home composting. Sementara kebanyakan daun dengan jelas mengandung karbon yang tinggi, daun maple memiliki perbandingan C:N hampir mendekati 30 :1. Dengan kelembaban yang tepat dan frekuensi pembalikkan yang tepat, daun maple bisa hancur hanya dalam waktu kurang dari seminggu.Daun oak memiliki perbandingan  C : N , 60 : 1 dan juga memiliki tingkatan tannins yang resisten terhadap kebusukan. Campuran daun tersebut dengan material nitrogen yang tinggi akan mempercepat proses dekomposisi.

  • Sistem home composting

Sampah pekarangan rumah dapat dikomposkan menggunakan sistem yang bervariasi, termasuk holding units, turning units, dan mulching. Sistem pengomposan makanan termasuk incorporations, turning units, dan vermicomposting ( pengomposan dengan menggunakan cacing). Banyak pilihan berbeda tersedia dalam melakukan pengomposan. Pilihan pertama adalah holding units dimana sampah diakumulasikan. Setelah material ditambahkan pada holding units kemudian disimpan dan tidak diganggu agar terjadi pengomposan. Pagar salju akan membuat struktur sederhana dan mudah dipindahkan. Pilihan lain adalah kurungan kawat yang terbuat dari pagar seperti kandnag ayam. Bak seperti ini bekerja dengan baik untuk material seperti daun.Penggunaan pallet seringkali disediakan dengan bebas dari manufaktur. Diikat atau dipaku secara bersama akan membuatnya berisi kompos dengan struktur yang stabil. Pemindahan kompos dari satu bak ke bak lain setiap minggu dengan dasar akan membuat kompos cepat terbentuk namun membutuhkan usaha yang besar.Metode turning unit digunakan untuk membuat kompos cepat terbentuk dan lebih cocok untuk sampah makanan. Kompos sering dibolak-balik agar terjadi aerasi. Drum yang berputar bisa digunakan untuk membalikakn sampah. Cara paling mudah untuk pengomposan adalah menguburnya di kebun atau lapangan. Kedalaman kuburan kompos tersebut sekitar 6-8 inchi agar tidak digali oleh hewan. Sampah makanan dan kebun dapat menyediakan manfaat bagi kebun

  • Kegunaan dari kompos

Home composting tersedia bagi keluarga dengan kesempatan dapat mengubah material sampah menjadi tanah yang bernilai baik. Hasil yang terbaik dari proses yang terjadi adalah lebih sehat, lebih produktif, dan lebih mudah untuk memelihara kebun. Tantangan kita adalah mengubah paradigma penduduk terhadap pembuangan sampah dan membuat mereka peduli untuk alternatif pembuangan sampah yang bernilai. Home composting menawarkan kesempatan pada penduduk untuk berkontribusi menyelesaikan masalah sampah dan menerima manfaat dari hasilnya untuk kebun mereka.